Semua sistem organ dalam tubuh manusia bekerja
secara teratur dan selaras, kecuali jika ada gangguan atau kelainan. Hal ini
disebabkan karena ada sistem yang mengatur kerja berbagai sistem organ. Sistem
organ ini disebut sistem koordinasi. Sistem koordinasi pada manusia terdiri
dari sistem saraf, sistem indera, dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf
bersama-sama dengan sistem hormon berfungsi untuk mengatur dan memelihara
fungsi tubuh, misalnya mengatur kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh
bagian dalam, dan sekresi berbagai kelenjar dalam tubuh.
A. Sistem
Saraf
Sistem
saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan. Sistem saraf disusun oleh satuan terkecil yang disebut sel
saraf. Sistem saraf terdiri atas otak, sumsum tulang belakang, dan saraf
(neuron). Fungsi sistem saraf adalah sebagai pengatur koordinasi alat-alat
tubuh dan sebagai pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran.
Untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu :
v Reseptor,
adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.
v Penghantar
impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun
dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat
sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
v Efektor,
adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
1.
Sel Saraf
a.
Badan Sel
Badan sel saraf mengandung inti sel
dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai
penyedia energi untuk membawa rangsangan.
Dendrit adalah serabut - serabut
yang merupakan penjuluran sitoplasma. Pada umumnya sebuah neuron mempunyai
banyak dendrit dan ukuran dendrit pendek. Dendrit berfungsi membawa rangsangan
ke badan sel.
Neurit atau akson adalah serabut -
serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma yang panjang. Sebuah neuron
memiliki satu akson. Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel
ke sel saraf lain. Neurit di bungkus oleh selubung lemak yang disebut myelin
yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk isolator
dan pemberi makan sel saraf. Antara neuron satu dengan neuron satu dengan
neuron berikutnya tidak bersambungan secara langsung tetapi membentuk celah
yang sangat sempit. Celah antara ujung neurit suatu neuron dengan dendrit
neuron lain tersebut dinamakan sinapsis. Pada bagian sinaps
inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter (misalnya asetilkolin)
menyeberang untuk membawa impuls dari ujung neurit suatu neuron ke dendrit
neuron berikutnya.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya
neuron dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
Neuron
sensorik adalah neuron yang membawa impuls dari reseptor (indra) ke pusat
susunan saraf (otak dan sumsum tulang belakang).
·
Neuron
Motorik
Neuron
motorik adalah neuron yang membawa impuls dari pusat susunan saraf ke efektor
(otot dan kelenjar).
Neuron
konektor adalah neuron yang membawa impuls dari neuron sensorik ke neuron
motorik.
2.
Macam - macam Gerak
Gerakan merupakan salah satu cara
tubuh dalam mengagapi rangsangan. Berdasarkan jalannya rangsangan (impuls)
gerakan dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi
karena disengaja atau disadari. Pada gerak sadar ini, gerakan tubuh dikoordinasi
oleh otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) disampaikan ke
otak melalui neuron sensorik. Di otak rangsangan tadi diartikan dan diputuskan
apa yang akan dilakukan. Kemudian otak mengirimkan perintah ke efektor melalui
neuron motorik. Otot (efektor) bergerak melaksanakan perintah otak. Contoh
gerak sadar misalnya : menulis, membuka payung, mengambil makanan atau
berjalan.
Skema
gerak sadar :
Rangsangan (Impuls) --> Reseptor (Indra) --> Saraf
sensorik --> Otak --> Saraf motorik -->
Efektor (Otot)
b.
Gerak Refleks (Tak Sadar)
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini tidak melewati otak namun hanya
sampai sumsum tulang belakang. Gerak refleks misalnya terjadi saat kita mengangkat
kaki karena menginjak benda runcing, gerakan tangan saat tidak sengaja
menjatuhkan buku, gerakan saat menghindari tabrakan dan lain sebagainya.
Skema
gerak refleks :
Rangsangan(Impuls) --> Reseptor(Indra) --> Saraf
sensorik --> Sumsum Tulang Belakang -->
Saraf motorik --> Efektor (Otot)
3.
Susunan Sistem Saraf Manusia
Di
dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf.
Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
a. Sistem Saraf Pusat
1) Otak
Otak merupakan pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia. Otak terletak di rongga tengkorak dan
dibungkus oleh tiga lapis selaput
kuat yang disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam
adalah piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput
tersebut terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi benturan
atau goncangan. Peradangan
yang terjadi pada selaput ini
dinamakan meningitis. Penyebabnya bisa karena infeksi virus. Otak manusia
terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum)
dan sumsum lanjutan.
·
Otak
besar (cerebrum)
Otak besar memiliki permukaan yang
berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan. Belahan otak kiri melayani tubuh
sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar
terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna kelabu disebut korteks, berisi
badan-badan sel saraf. Lapisan dalam berwarna putih berisi serabut-serabut
saraf (neurit/akson). Otak besar berfungsi sebagai pusat kegiatan-kegiatan
yang disadari seperti berpikir, mengingat, berbicara, melihat, mendengar,
dan bergerak.
·
Otak
Kecil (Cerebellum)
Otak kecil terletak di bawah otak
besar bagian belakang. Susunan otak kecil seperti otak besar. Terdiri atas
belahan kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri otak kecil dihubungkan oleh jembatan
Varol. Terbagi menjadi dua lapis sama seperti otak besar yaitu lapisan
luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil berfungsi
untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasi kerja otot-otot ketika
kita bergerak.
·
Sumsum
lanjutan
Sumsum lanjutan (medula Oblongata) terbagi
menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam yang berwarna kelabu karena banyak
mengandung badan sel-sel saraf dan lapisan luar berwarna putih karena berisi
neurit (akson). Sumsum lanjutan berfungsi sebagai pusat pengendali pernapasan,
menyempitkan pembuluh darah, mengatur denyut jantung, mengatur suhu tubuh dan
kegiatan-kegiatan lain yang tidak disadari.
2) Sumsum
Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang terdapat
memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher
sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh
selaput
meninges. Bila diamati secara
melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih (substansi
alba) karena banyak mengandung akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti
kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan
sel-sel saraf.
Sumsum tulang belakang berfungsi
untuk:
a) menghantarkan impuls dari dan ke
otak,
b)
memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.
b. Sistem Saraf Tepi
1) Sistem
Saraf Somatis (Sadar)
Sistem saraf somatis disebut juga
dengan sistem saraf sadar Proses yang dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu
dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh
di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya ketika kita mendengar bel rumah
berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan
tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan
mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
Sistem saraf somatis terdiri atas :
-
Saraf
otak (saraf cranial),
saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati
lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang.
-
Saraf
sumsum tulang belakang (saraf spinal), saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang Saraf
sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot
rangka tubuh.
2) Sistem
Saraf Autonom (Tidak Sadar)
Sistem saraf autonom merupakan
bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja
secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam
seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi.
Menurut fungsinya, saraf autonom
terdiri atas dua macam yaitu:
-
Sistem
saraf simpatik
-
Sistem
saraf parasimpatik
Sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam
mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh
sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian
ganda.
Fungsi dari sistem saraf simpatik
adalah sebagai berikut :
• Mempercepat denyut jantung.
• Memperlebar pembuluh darah.
• Memperlebar bronkus.
• Mempertinggi tekanan darah
• Memperlambat gerak peristaltis.
• Memperlebar pupil.
• Menghambat sekresi empedu.
• Menurunkan sekresi ludah.
• Meningkatkan sekresi adrenalin.
Sistem saraf parasimpatik memiliki
fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik.
Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung,
sedangkan pada sistem
saraf
parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.
B. Sistem
Indera
Di
bagian awal pokok bahasan ini sudah di singgung bahwa indra berperan sebagai
reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Ada
lima macam indra yang berfungsi sebagai penerima rangsangan yaitu:
1.
Mata,
sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor).
2.
Telinga,
sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat beradanya
indra keseimbangan (statoreseptor).
3.
Hidung,
sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor).
4.
Lidah,
sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor).
5.
Kulit,
sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor) dan suhu (temperatur).
Tiap indra akan berfungsi dengan
sempurna apabila:
·
Indra
tersebut secara anatomi tidak ada kelainan.
·
Bagian
untuk penerima rangsang bekerja dengan baik.
·
Saraf
- saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja baik.
·
Pusat
pengolahan rangsang di otak bekerja baik.
Bila salah satu dari bagian tersebut
rusak atau terganggu, maka hubungan dengan dunia luar akan terganggu juga.
1.
Mata
Mata berfungsi untuk menerima rangsang berupa cahaya, karena
di dalamnya terdapat reseptor penerima
cahaya yang disebut fotoreseptor.
Mata terletak di dalam rongga mata yang dilindungi oleh tulang - tulang tengkorak.
Selain itu mata juga dilindungi oleh:
1.
Kelopak
mata, berupa kulit tipis yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu atau
sentuhan benda.
2.
Bulu
mata, untuk melindungi mata dari cahaya yang terlalu menyilaukan.
3.
Alis,
untuk melindungi mata dari aliran keringat dan air hujan.
4.
Air
mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata, untuk menjaga kelembapan mata dan
membersihkan mata dari debu dan bakteri.
Mata
manusia berbentuk agak bulat dengan garis tengah kurang lebih 2,5 sentimeter.
Mata tersebut terdiri atas tiga lapisan jaringan yaitu:
Merupakan
lapisan paling luar, sangat kuat. Lapisan ini berwarna putih sehingga sering
disebut lapisan putih mata. Di bagian depan lapisan ini membentuk kornea yang
bening, untuk menerima cahaya masuk ke dalam mata. Kornea ini selalu basah oleh
air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata.
Merupakan
lapisan di bawah sklera dan lapisan tengah bola mata. Bagian ini banyak
mengandung melanin dan pembuluh darah. Berfungsi untuk menghentikan refleksi
cahaya yang menyimpang di dalam mata. Di bagian depan mata, koroid membentuk
iris. Iris ini mengandung pigmen hitam, biru, hijau atau coklat, sehingga dapat
sebagai penentu warna mata. Di bagian tengah iris terdapat pupil yang merupakan
celah (bukaan), untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk mata. Di belakang
iris terdapat lensa mata berbentuk cembung di kedua sisi yang diikat oleh
ligamen suspensori. Mencembung atau memipihnya lensa menyebabkan mata
berakomodasi.
c. Retina atau Selaput Pelangi
Retina adalah lapisan mata paling
dalam. Pada lapisan ini terdapat bagian yang paling peka terhadap cahaya yaitu
bintik kuning (fovea). Selain itu pada retina juga terdapat bintik buta, yaitu
tempat keluarnya saraf mata. Pada retina tersusun kurang lebih 125 juta sel - sel
batang (sel basilus) yang mampu menerima rangsang cahaya tidak berwarna dan
untuk melihat pada keadaan cahaya redup. Selain sel batang, pada retina juga
terdapat kurang lebih 7 juta sel kerucut (sel konus) yang berfungsi menerima
rangsang cahaya kuat dan berwarna. Sel kerucut lebih banyak terdapat pada
bagian bintik kuning (fovea centralis). Jadi bila ingin melihat suatu benda
dengan jelas, maka bayangan harus jatuh di bagian ini.
Di retina juga dijumpai daerah yang
sama sekali tidak mengandung sel batang ataupun sel kerucut. Bagian ini disebut
bintik buta. Bila cahaya jatuh di daerah ini, kita tidak bisa melihat apa -
apa.
Suatu benda dapat di lihat oleh
mata, bila benda tersebut memantulkan cahaya. Cahaya yang dipantulkan oleh
benda masuk ke mata melalui kornea dan diteruskan ke lensa melalui pupil. Oleh
lensa, cahaya tersebut dibiaskan dan difokuskan di retina sehingga membentuk
bayangan kecil dan terbalik pada retina. Tetapi oleh otak bayangan tersebut
diartikan seperti gambar yang kita lihat.
2.
Telinga
Telinga
merupakan tempat beradanya indra pendengaran dan keseimbangan. Telinga manusia
terdiri atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga
luar terdiri atas:
1)
Daun
telinga, berfungsi untuk menampung atau mengumpulkan gelombang bunyi.
2)
Liang
telinga (saluran auditori), berfungsi untuk menyalurkan gelombang bunyi ke
selaput gendang telinga. Liang telinga panjangnya kurang lebih 2,5 sentimeter.
Di sepanjang dinding liang telinga terdapat rambut halus, kelenjar minyak dan
kelenjar keringat, yang berfungsi menghalangi debu dan air yang masuk.
3)
Selaput
gendang telinga (membran tymphani), yang membatasi telinga luar dan telinga
tengah. Berfungsi untuk menangkap getaran.
Telinga
bagian tengah terdiri atas:
1)
Tulang
- tulang pendengaran (osikel), yaitu berupa tiga tulang kecil yang bersambung
dari selaput gendang telinga menuju telinga dalam. Ketiga tulang tersebut
adalah tulang martil (malleus), yang letaknya paling luar berhubungan dengan
selaput gendang telinga. Berikutnya adalah tulang landasan (inkus) yang
menghubungkan martil dan sanggurdi. Tulang paling dalam adalah tulang sanggurdi
(stapes), yang melekat dengan saluran rumah siput pada tingkap jorong.
2)
Saluran
Eustachius, yaitu saluran sempit yang menghubungkan telinga tengah dengan
bagian belakang tenggorokan. Saluran ini terbuka saat kita mengunyah, menguap,
bersin atau membuka mulut. Fungsi saluran ini adalah untuk memasukkan udara ke
rongga telinga tengah sehingga tekanan udara di kedua gendang telinga sama
dengan udara di luar tubuh.
Telinga
bagian dalam terdiri atas:
1) Tingkap jorong dan tingkap bulat,
merupakan membran yang terdapat pada pangkal saluran rumah siput (kokhlea). Tingkap
jorong merupakan membran berbentuk oval yang berhubungan dengan tulang
sanggurdi. Sedangkan tingkap bundar merupakan membran berbentuk bundar/ bulat.
Tingkap berfungsi untuk menyalurkan getaran ke telinga dalam dan tingkap bulat
sebagai penyeimbang getaran.
2) Saluran rumah siput (kokhlea), yaitu
saluran berbentuk spiral menyerupai rumah siput. Di dalam kokhlea ( di bagian
tengah) terdapat organ corti, yang berisi ribuan "sel rambut" yang
peka terhadap getaran. Impuls yang timbul di dalam sel rambut tersebut
diteruskan oleh saraf auditori ke otak.
3) Tiga saluran setengah lingkaran
(kanalis semi sirkularis), yaitu tiga buah saluran setengah lingkaran yang satu
dengan yang lain membentuk sudut 90°. Pada ujung setiap saluran terdapat
penebalan (menggelembung) yang disebut ampulla dan bergabung dengan utrikulus
dan sakulus.
3.
Hidung
Hidung
manusia merupakan organ tempat beradanya reseptor pembau (khemoreseptor). Maka
dengan organ ini kita dapat mengetahui berbagai macam bau. Bahkan hanya dengan
mambau saja kita dapat mengetahui nama benda tanpa harus melihatnya. Sel - sel
reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsangan zat kimia berupa uap terletak
di rongga hidung bagian atas. Daerah ini memiliki ukuran sekitar 250 mm2.
Sel - sel reseptor ini mempunyai rambut - rambut halus (silia) di ujungnya dan
diliputi selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembap. Dari sel - sel
reseptor ini rangsang dibawa oleh serabut saraf menuju pusat pembau di otak.
Kita
dapat membau suatu zat karena zat yang berupa uap tersebut masuk ke rongga
hidung sewaktu kita menarik napas. Zat tersebut akan dilarutkan pada selaput
lendir dan merangsang sel - sel reseptor, kemudian dibawa oleh saraf pembau ke
otak sehingga kita dapat mengetahui bau tersebut.
4.
Lidah
Lidah
merupakan tempat beradanya indra pengecap (khemoreseptor). Zat yang dapat
dikecap adalah zat - zat kimia berupa larutan. Pada saat kita mengecap makanan,
rasa yang timbul sebenarnya adalah perpaduan antara rasa dan bau. Oleh karena
itu indra pengecap erat kaitannya dengan indra pembau. Lidah terbentuk oleh
jaringan otot yang ditutupi oleh selaput lendir yang selalu basah dan berwarna
merah jambu. Di dalam mulut, permukaan lidah terasa halus dan licin. Coba
kalian perhatikan lidah kalian di cermin, maka akan tampak tonjolan - tonjolan
kecil di permukaan lidah. Tonjolan kecil itu disebut papila. Ada tiga jenis
papila yang ada di permukaan lidah yaitu:
1.
Papila
sirkumvalata, yang berbentuk cincin. Papila ini terdapat di pangkal lidah,
berjajar membentuk huruf V.
2.
Papila
fungiformis, yang berbentuk seperti jamur. Papila ini menyebar di permukaan
ujung dan sisi lidah.
3.
Papila
filiformis, yang berbentuk seperti rambut. Papila ini merupakan papila
terbanyak. Papila inilebih banyak berfungsi sebagai perasa sentuhan daripada
pengecap.
Pada
papila - papila inilah terdapat kuncup pengecap yang merupakan kumpulan
ujung-ujung saraf pengecap dan oleh serabut - serabut saraf dihubungkan dengan
otak. Suatu zat dapat dirasakan oleh lidah bila zat tersebut berupa larutan.
Larutan tersebut kemudian memenuhi parit - parit di sekitar papila - papila.
Karena pada papila tersebut terdapat kuncup - kuncup pengecap, maka zat yang
mengisi parit tersebut merangsang kuncup pengecap. Rangsangan ini diteruskan
oleh serabut saraf menuju ke otak untuk diartikan. Kuncup - kuncup pengecap
dapat membedakan empat rasa pokok yaitu asam, pahit, manis dan asin. Namun
terkadang kita juga dapat merasakan lebih dari empat rasa tersebut. Hal ini
terjadi karena melibatkan faktor - faktor lain yaitu:
1.
Kombinasi
keempat rasa utama tersebut menghasilkan rasa baru.
2.
Peranan
reseptor - reseptor pencium, suhu dan sentuhan.
Keempat
rasa tersebut di atas, dirasakan oleh kuncup - kuncup pengecap yang berbeda dan
kuncupkuncup tersebut berkumpul pada bagian tertentu di permukaan lidah. Namun
tiap orang mempunyai variasi keluasan daerah penyebaran rasa tersebut.
5.
Kulit
Selain
sebagai alat ekskresi, kulit juga berfungsi sebagai indra perasa dan peraba.
Reseptor - reseptor yang terdapat pada kulit adalah:
1.
Korpus
meissner, yang terletak di dekat permukaan kulit. Berfungsi untuk menerima
rangsang sentuhan/ rabaan. Reseptor ini tersebar tidak merata di permukaan
kulit. Ujung jari memiliki paling banyak reseptor peraba.
2.
Korpus
pacini, yang berfungsi menerima rangsang tekanan. Letaknya di bawah lapisan
dermis.
3.
Korpus
ruffini, berfungsi untuk menerima rangsang panas. Letaknya di lapisan dermis.
4.
Korpus
krause, befungsi untuk menerima rangsang dingin. Letaknya di lapisan dermis.
5.
Ujung
saraf tanpa selaput, yang peka terhadap rasa sakit/ nyeri. Letaknya di lapisan
epidermis. Saraf ini sangat penting untuk keselamatan tubuh. Jika terjadi
sesuatu yang tidak menguntungkan, saraf ini cepat bereaksi, antara lain dengan
adanya gerak refleks.
C. Kelainan
dan Penyakit Pada Sistem Koordinasi dan Indera
Terdapat beberapa kelainan yang dapat terjadi pada
sistem koordinasi dan panca indera, antara lain sebagai berikut :
1.
Meningitis
Meningitis adalah radang membran pelindung system syaraf
pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker,
atau obat-obatan tertentu. Meningitis merupakan penyakit serius karena letaknya
dekat otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali
gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam
darah ke cairan otak.
2.
Alzheimer
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang mengerikan karena
dapat melumpuhkan pikiran dan kecerdasan seseorang. Keadaan ini ditunjukkan
dengan kemunduran kecerdasan dan ingatan secara perlahan sehingga mengganggu
kegiatan sosial sehari-hari. Alzheimer timbul karena adanya proses degenerasi
sel-sel neuron otak. Menurut dr.
Samino, SpS (K), Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), Alzheimer
merupakan penyakit pembunuh otak karena mematikan fungsi sel-sel otak.
Orang yang rentan terserang alzheimer ini adalah
para lansia di atas 60 tahun, tetapi orang dewasa muda juga tak tertutup
kemungkinan bila memiliki faktor resiko keturunan. Bahkan, menurut Samino, penderita demensia Alzheimer berusia
40 tahun pernah ditemukan di Indonesia. Alzhemier dapat dicegah sejak dini
dengan mengenali gejala-gejalanya. Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala
yang patut diwaspadai tentang kemungkinan hadirnya penyakit alzhemier :
a)
Kemunduran memori/daya ingat.
b)
Sulit melaksanakan kegiatan/pekerjaan sederhana.
c)
Kesulitan bicara dan berbahasa.
d)
Sulit dalam berhitung.
e)
Salah meletakkan benda.
f)
Penampilan buruk karena lupa cara berpakaian atau berhias.
g) Perubahan
emosi dan perilaku.
h) Gangguan
berpikir abstrak atau kemampuan imajinasi penderita terganggu.
i) Hilang minat
dan inisiatif, misalnya cenderung menjadi pendiam, tak mau bergaul, dan
menyendiri.
j) Tidak dapat
membedakan berbagai jenis bau-bauan (kecuali sedang menderita flu).
3. Dermatitis
Atopik
Dermatitis
atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal. Pada
umumnya dimulai di awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang
tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Eksema merupakan penyakit
tidak menular. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5
tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Penyakit
ini tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak
negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan keluarganya.
4. Anosmia
Anosmia
adalah hilangnya atau berkurangnya kemampuan untuk membaui, merupakan kelainan
yang paling sering ditemui. Penciuman dapat dipengaruhi oleh beberapa perubahan
di dalam hidung, di dalam saraf yang berasal dari hidung menuju ke otak atau di
dalam otak. Misalnya, jika rongga hidung tersumbat karena pilek, penciuman bisa
berkurang karena bau tidak sampai ke penerima bau. Kemampuan membaui akan
mempengaruhi rasa sehingga pada penderita pilek, rasa dari makanan terasa kurang
enak.
Sel-sel
penciuman kadang mengalami kerusakan sementara oleh virus flu. Beberapa
penderita tidak dapat membaui atau merasa dengan baik setelah mengalami flu. Kadang,
hilangnya penciuman atau pengecapan berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan
bersifat menetap.
5. Otitis
Radang
telinga atau otitis adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dan rongga
mulut), antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Sebagian besar anak-anak pernah
mengalami radang telinga dan tidak sedikit yang mengalami gangguan pendengaran
akibat penanganan yang terlambat. Bila terjadi proses radang pada telinga
tengah, tentu akan terjadi gangguan dalam penghantaran bunyi/suara ke telinga
dalam. Akibatnya, kamu seperti menjadi tuli. Penyebab terjadinya radang pada
telinga tengah, antara lain:
a) Perubahan
tekanan udara yang tiba-tiba.
b) Alergi.
c) Infeksi.
d) Sumbatan pada
telinga.
6. Tuli
Tuli
merupakan gangguan pendengaran karena kerusakan saraf pendengaran, infeksi
bakteri, atau jamur. Tuli merupakan gejala utama radang telinga (otitis). Gendang
telinga terlihat utuh, namun tertarik/retraksi, suram, kuning kemerahan, atau
keabu-abuan. Penderita tuli tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang
diucapkan oleh orang lain. Akibatnya, ketika berkomunikasi dengan temannya yang
lain, terkadang tidak
nyambung. Dalam
kondisi yang sudah parah, penderita tuli tidak dapat mendengar sama sekali apa
yang diucapkan oleh orang lain.
Penderita
tuli akan sulit bersosialisasi dengan orang lain. Oleh karena itu, penderita
tuli dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran. Alat ini biasanya dipasang di
telinga bagian luar. Dengan alat ini, penderita tuli dapat mendengar dengan
jelas.
7. Buta Warna
Istilah
buta warna dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan
sel-sel kerucut pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu
sehingga warna objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Penyebab buta
warna adalah faktor keturunan, gangguan terjadi biasanya pada kedua mata, namun
tidak memburuk. Penyebab lainnya adalah kelainan yang didapat selama
kehidupannya, misalnya kecelakaan/trauma pada mata, umumnya kelainan hanya
terjadi pada salah satu mata saja dan bisa mengalami penurunan fungsi seiring
berjalannya waktu.
8. Katarak
Katarak
adalah perubahan lensa mata yang tadinya bening dan tembus cahaya menjadi keruh
sehingga menyebabkan gangguan pada penglihatan. Pada umumnya, katarak merupakan
proses penuaan pada mata. Paparan sinar ultraviolet jangka panjang, penggunaan
obat-obatan dan penyakit tertentu, misalnya diabetes, juga dapat mempercepat
timbulnya katarak. Katarak juga dapat merupakan bawaan lahir, artinya semenjak
dilahirkan sudah menderita katarak.
Beberapa gejala
umum katarak, antara lain:
a) Pandangan
menjadi kabur atau ukuran kacamata yang sering berubah.
b) Warna-warna
tampak kusam.
c) Susah melihat
di tempat yang terang akibat silau.
d) Kesulitan
saat membaca atau mengemudi di malam hari.
Penderita
katarak dapat dibantu dengan menggunakan kacamata yang sesuai. Akan tetapi,
jika penglihatan penderita katarak tidak dapat diperbaiki dengan kacamata,
harus dilakukan
operasi katarak. Operasi katarak dapat dilakukan oleh dokter mata.
9. Hipermetropi
Hipermetropi
(rabun dekat) adalah suatu keadaan dimana lensa mata tidak dapat menyembung
atau bola mata terlalu pendek sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina.
Penderita hipermetropi akan merasa tidak jelas pada saat melihat benda dari
jarak dekat, meskipun untuk jarak jauh masih lumayan jelas. Keadaan ini akan
diperparah lagi jika sudah menginjak usia tua. Kesulitan yang hebat akan dialami
saat melihat dari jarak dekat atau membaca.
Penderita
hipermetropi dapat ditolong dengan lensa cembung atau positif. Dengan
menggunakan kacamata yang berlensa cembung, penglihatan penderita hipermetropi menjadi
normal kembali.
10. Miopi
Miopi
(rabun jauh) adalah suatu keadaan dimana lensa mata terlalu cembung atau bola
mata terlalu panjang sehingga bayangan mata jatuh di depan retina. Miopi
biasanya terjadi pada anak-anak remaja usia 8 sampai 14 tahun. Faktor yang
menyebabkannya adalah keturunan, membaca sambil tiduran, menonton televisi dari
jarak yang terlalu dekat, atau menggunakan komputer terlalu lama.
Penderita
rabun jauh dapat ditolong dengan lensa cekung atau negatif. Dengan menggunakan
kacamata yang berlensa cekung, penderita miopi dapat melihat dengan jelas dan normal.
11. Presbiopi
Presbiopi
adalah hilangnya kemampuan mata untuk melakukan akomodasi karena umur.
Karenanya, presbiopi disebut juga sebagai mata tua. Pada umumnya, penderita presbiopi
berumur di atas 60 tahun. Gejala yang Nampak biasanya dimulai dengan hilangnya
kemampuan membaca pada jarak normal, namun tidak mempengaruhi penglihatan jarak
jauhnya. Hilangnya daya akomodasi mata akibat menurunnya kemampuan mata untuk
mengubah bentuk lensa mata.
Salah
satu cara untuk mengatasi presbiopi adalah dengan menggunakan kacamata fokus
ganda (bifokal). Bagian bawah lensa mata memiliki kuat lensa yang lebih besar
dibandingkan bagian atas karena pada saat melihat benda dekat diperlukan kuat
lensa yang lebih besar.
12. Astigmatisme
Astigmatisme
adalah suatu keadaan dimana permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokus dan
bayangan yang terbentuk tidak sama. Kelainan ini dapat ditolong dengan lensa
silindris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar