A. Masuknya Islam di
Nusantara
Indonesia merupakan negara dengan
populasi muslim terbesar di dunia. Keadaan ini tentu bukan terjadi dalam waktu
sesaat saja, melainkan memerlukan waktu yang relatif lama. Dalam
sejarahnya, Islam mengukir sejarah panjang yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia itu
sendiri. Jatuh bangun bangsa Indonesia dan perjuangannya melawan penjajah
merupakan sejarah perjuangan umat Islam.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia
melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah
walisongo antara lain ; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung
Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik
(Maulana Malik Ibrahim).
Masuknya agama dan budaya Islam ke
Indonesia dipengaruhi oleh adanya hubungan perdagangan Asia kuno, yang
dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang mendorong pedagang lainnya seperti
pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta dalam hubungan perdagangan
tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat
transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang menjadi pusat - pusat
perdagangan dunia.
Dari hubungan perdagangan tersebut,
mereka dapat saling mengenal budaya yang dibawa oleh masing-masing pedagangyang
dapat dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa maupun dari corak hidup.
Untuk itu banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang menetap dan menikah
dengan penduduk setempat, sehingga budaya Islam dan agama Islam dapat dengan
mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia melalui pendekatan budaya.
Jalur masuknya Islam ke Nusantara :
1. Jalur Utara bermula dari daerah Mesopotamia yang
waktu itu terkenal sebagai Persia. Dari wilayah Persia, Islam menyebar
ke timur melalui jalan darat Afganistan, Pakistan, dan Gujarat,
kemudian melalui laut menuju Indonesia.
Dari jalur tersebut Islam memperoleh unsur baru yang disebut
Tasawuf, yaitu cara untuk lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan melalui jalur tersebut, pengaruh Islam dengan cepat
berkembang di wilayah Indonesia. Hal ini juga disebabkan adanya unsur-unsur
yang sama dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Daerah yang mendapat pengaruh
adalah Aceh.
2.
Jalur Tengah yaitu dari bagian barat Lembah Yordania dan di bagian timur
melalui semenanjung Arabia, khususnya Hadramaut yang menghadap langsung
ke Indonesia. Dari daerah semenanjung Arabia, penyebaran agama Islam ke
Indonesia lebih murni, diantaranya adalah aliran Wahabi (dari nama Abdul Wahab)
yang terkenal keras dalam penyiaran agamanya. Daerah yang merasakan pengaruhnya
adalah daerah Sumatera Barat.
3.
Jalur Selatan yang
berpangkal di wilayah Mesir. Dari kota Kairo yang merupakan pusat
penyiaran agama Islam secara modern. Indonesia memperoleh pengaruh terutama
dari organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan
gerakan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits dan tidak terikat kepada salah satu
mazhab.
B. Teori Masuknya Islam
di Nusantara
Secara umum terdapat empat teori masuknya Islam ke Indonesia
atau Nusantara. Teori tersebut adalah sebagai berikut :
1. Teori Gujarat (India)
2. Teori Persia
3. Teori Arab
4. Teori Cina
1. Teori Gujarat
Menurut teori Gujarat, Islam masuk ke Indonesia melalui
wilayah-wilayah di anak Benua India seperti Gujarat, Bengali, dan
Malabar. Pendapat ini didasarkan pada temuan nisan-nisan kuburan
di beberapa wilayah di
Indonesia yang dibuat dan dibawa langsung dari Kota Gujarat.
Pendapat tentang masuknya Islam dari Gujarat, India didasarkan
pada corak ajaran Islam yang berkembang di Nusantara pada awalnya cenderung
memiliki warna tasawuf yang kental. Hal ini mirip dengan tradisi tasawuf yang
berkembang di India. Seperti diketahui bahwa setelah masa hancurnya Kesultanan
Abbasiyah di Bagdad, umat Islam menekuni jalan tasawuf. Utamanya di tanah India.
2. Teori Persia
Teori kedua masuknya Islam di Nusantara bahwa Islam masuk
melalui Persia. Hal ini terjadi pada abad 12. Dasar pendapat ini adalah
maraknya paham syiah pada awal-awal masuknya Islam di Nusantara.
Paham syiah berkembang sangat luas dalam masyarakat Persia.
Hal tersebut tidak lepas dari hadirnya salah satu istri Ali bin Abi Talib yang
berasal dari Persia. Keadaan ini membuat masyarakat Persia merasa senasib
dengan saudara mereka, yaitu keluarga Ali yang diburu oleh pemerintahan
Muawiyah.
Maraknya Syiah di wilayah Nusantara terlihat dari tradisi
upacara seperti mengarak Tabut di Jambi yang dilambangkan dengan mengarak jasad
Husein bin Ali yang terbunuh dalam peristiwa Karbala. Kuatnya tradisi Syiah
bahkan masih terasa hingga saat ini. Dasar kedua adalah adanya Suku Leran dan
Jawi di Persia. Suku-suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang
Leran dari Gresik dan suku
Jawa.
Suku yang disebut terakhir dikenal dengan tradisi penulisan
Arab Jawa atau Arab Pegon yang ditengarai sebagai cara penulisan adopsi
sebagaimana adopsi yang dilakukan oleh masyarakat Persia atas tulisan Arab. Hal
ini diperkuat dengan berbagai istilah seperti istilah jer yang lazim
digunakan oleh masyarakat Persia.
3. Teori Arab
Teori ketiga adalah teori Arab. Berdasarkan teori Arab, Islam
di Nusantara bukan berasal dari Gujarat India atau Persia melainkan langsung
dari Arab, yaitu Mekah dan Madinah pada abad VII Masehi. Seperti
diketahui bahwa jalur perdagangan dunia telah ada jauh sebelum masa
kelahiran agama Islam. Pada masa itu perdagangan antara bangsa Arab dengan orang-orang dari Asia Timur
seperti Cina dan Nusantara telah lama berjalan. Dengan demikian, kontak antara
para pedagang Nusantara dan Arab sangat mungkin terjadi. Menurut teori Arab,
Islam datang pada masa Khulafaur Rasyidin atau bahkan pada masa nabi.
Hal ini terlihat dari adanya hubungan dagang yang intensif
antara Arab dan Nusantara. Bukti dokumentasi yang tercatat
adalah dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu-fanchi mengutip
catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-fei. Dia menyatakan adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang
berjarak lima hari perjalanan ke Jawa.
Ta-Shih adalah sebutan
orang-orang Cina untuk
orang Arab. Wilayah Ta-Shih yang dimaksud di sini tentu bukan wilayah Arab di
Timur Tengah yang makan waktu jauh lebih panjang untuk berlayar. Wilayah
Ta-Shih yang tercantum dalam dokumen tersebut adalah komunitas Arab
yang berada di pelabuhan kecil
yang dikenal sebagai Bandar Khalifah di Pantai Barus, Sumatra Barat.
Keberadaan komunitas muslim
Arab di Pantai Barus tercatat dalam dokumen kuno Cina bahwa sekitar
tahun 625 Masehi telah ada
perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatra.
Menilik angka tahun tersebut berarti hanya sembilan tahun
dari saat Rasulullah saw. memproklamasikan dakwah Islam secara terbuka pada
penduduk Mekah, beberapa sahabat telah berlayar dan membentuk perkampungan
Islam di Sumatra.
Hal inilah yang menyebabkan sejarawan Ahmad Mansyur
Suryanegara sangat yakin bahwa Islam telah masuk ke Nusantara saat Rasulullah
saw. masih hidup di Mekah dan Madinah.
4. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke
Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah
berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di
Indonesia.
Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah
berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan,
ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru
berkembang.
Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut
kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dan
pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri
(kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut
sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni
Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan
berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam).
Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan
gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah
Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”.
Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari
Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.
C. Proses Masuknya Islam
di Indonesia
Bukti
Masuknya Islam di Indonesia :
1. Berita Cina dari
Dinasti Tang.
2. Berita Jepang dari
tahun 749 M.
3. Batu Nisan Fatimah
Binti Maimun, di Leran (Gresik) berangka tahun 475 H (1082 M).
4. Berita Marcopolo dari
Venesia, ltalia.
5. Makam Sultan Malik Ash
Shaleh yang meningal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M.
6. Berita dari MA-HUAN,
1416 M.
7. Komplek Makam Tralaya,
di Trowulan, Mojokerto, berangka tahun 1300-an s/d 1600-an.
1.
Perdagangan
Menurut berita Cina, agama Islam
disebarkan oleh orang orang Arab. S.Q. Fatimi dalam bukunya Islam Comes to Malaysia mengemukakan
bahwa Islam berasal dari Benggala. Snouck Hurgronye berpendapat bahwa Islam
disebarkan ke Indonesia oleh para pedagang muslim dari Gujarat (India).
Menurutnya, Islam tidak disebarkan langsung dari Arab.
Hubungan langsung antara Arab dan Indonesia baru berlangsung
abad ke-17, yaitu pada masa kerajaan Samudera Pasai, Banten, Demak, dan Mataram
Baru. Pendapatnya itu diperkuat oleh bukti adanya kesamaan unsurunsur Islam di
Indonesia dan di India. Selain itu, adanya ceritacerita tentang nabi-nabi di
Indonesia yang berbeda dengan langgam Arab, tetapi bergaya India. Mengenai golongan masyarakat pembawa
Islam ke Indonesia, para ahli umumnya sependapat, yaitu kaum pedagang. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa penyebaran Islam dilakukan melalui perjalanan
lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
2.
Pengajaran (Pendidikan)
Dalam agama Islam setiap muslim adalah pendakwah. Baru
kemudian pada masa - masa berikutnya terdapat mubalig dan guru agama Islam,
yang tugasnya khusus mengajarkan agama Islam. Mereka ini mempercepat proses
Islamisasi, sebab mereka mendirikan pesantren dan mencetak
kader-kader ulama / guru-guru agama Islam.
3. Sosial
Selain golongan pembawa, ada pula golongan penerima Islam.
Terdapat dua penerima Islam, yaitu golongan elite (raja-raja, bangsawan,
dan para pengusaha) dan golongan non elite (lapisan masyarakat biasa). Golongan elite lebih cepat
mengalami proses Islamisasi, karena kedudukannya yang mempunyai pengaruh
di kalangan masyarakat biasa.
Proses Islamisasi ada beberapa jalan, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian. Islamisasi
lewat saluran
perdagangan terjadi pada tahap awal, yakni sejalan dengan kesibukan lalu lintas
perdagangan (antara abad ke-7 s/d abad ke-16).
4. Dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat
berkaitan dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga.
Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam melalui
metode dakwah.
Wali sanga oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai
manusia-manusia yang tinggi ilmu agamanya dan memiliki kesaktian yang luar
biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat kaitannya dengan perebutan
kekuasaan di Demak dan Sunan Giri pun besar pengaruhnya dalam kekuasaan politik
di Hitu. Gelar sunan yang mereka sandang menunjukkan bahwa kedudukan mereka
dapat disejajarkan dengan raja.
Adapun para wali yang berjumlah sembilan (wali sanga) itu sebagai berikut
:
- Sunan Ampel atau Raden Rahmat, dimakamkan
di Ampel (Surabaya).
- Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan
di Gresik.
- Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri
dekat Gresik.
- Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di
Sidayu, Lawas.
- Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra
Sunan Ampel.
- Sunan Kudus.
- Sunan Muria ,makamnya terdapat di sebelah kawah
Gunung Muria.
- Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden
Sahid adalah menantu Sunan Gunung Jati di Cirebon. Akan tetapi, Sunan
Kalijaga menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya mengikuti perintah
Sultan Trenggana menetap di Kadilangu, Demak.
- Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara perempuan Sultan Trenggana (Demak),kemudian berhasil menaklukkan Cirebon dan Banten. Makamnya terletak di Gunung Jati sebelah utara Cirebon.
D. Sumber Masuknya Islam
di Nusantara
Indonesia, terbentuklah tempat-tempat pemukiman yang disebut Pekojan.
Diantara pedagang muslim asing itu, ada pula yang menetap lalu menikah dengan wanita pribumi.
Proses Islamisasi melalui kesenian tampak dari bukti-bukti peninggalan sejarah,
seperti ukiran, pintu gerbang, makam, tradisi sekaten, pertunjukan wayang,
debus, tarian, dan sebagainya. Penyebaran Islam melalui seni wayang, sastra, debus, tarian, tradisi
sekaten, ternyata lebih mempercepat proses islamisasi. Sampai sekarang proses islamisasi
melalui saluran seni masih berlangsung.
1. Sumber dari Tome Pires
Sumber dari
Tome Pires menyatakan bahwa orang-orang Ta Shih (orang-orang Islam dari
Arab/Persia) yang mau menyerang kerajaan Ho Ling (Kalingga) pada masa
pemerintahan Ratu Sima (674 M), membatalkan niatnya, karena kerajaan Holing
masih sangat kuat.
2. Berita Jepang Dari Tahun 749 M
Menjelaskan
bahwa di Kanton terdapat kapal-kapal Po-sse Ta-Shih Kuo. Istilah Po-sse
ditafsirkan sebagai orang Melayu, sedangkan Ta-Shih ditafsirkan sebagai orang
Arab dan Persia. Bahkan banyak ahli menduga bahwa pada abad ke-7 dan 8 di Kanfu
(Kanton) sudah ada perkampungan-perkampungan muslim.
3. Sumber dari batu nisan
Pada abad ke
11 di pesisir utara Jawa Timur, yaitu di Leran dan Gresik ditemukan sebuah
nisan yang bertulisan jenis huruf arab kafi dan nisan kubur di Phonrang, Cempa.
Nisan Leran ini juga menyebutkan nama seorang wanita Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah yang wafat pada tanggal 7 Rajab 475 H atau Desember 1082 M.
Berdasarkan
temuan nisan kubur Fatimah binti Maimun binti Hibatullah ini diperkirakan bahwa
di pesisir utara Jawa Timur khususnya di Leran telah terdapat sekelompok muslim
yang mungkin berasal dari Timur Tengah.
Hal ini
didasarkan pada jenis huruf kufi bercorak Timur Tengah, yaitu dengan tanda
hiasan bentuk kail atau lengkung pada bagian ujung yang tegak. Gaya huruf kufi
semacam itu mulai berkembang di Persia pada akhir abad ke 10 M.
4. Sumber dari Marcopolo
Marcopolo
mendapat tugas dan Kaisar Cina untuk mengantar putrinya yang dipersembahkan
kepada Kaisar Romawi. Dalam perjalanan menuju Romawi,1292 dan perjalanan pulang
kembali ke Cina,1297, ia singgah di Sumatera bagian Utara. la menuliskan bahwa
wilayah itu sudah ada beberapa kerajaan Islam seperti: Lamuzi, Fansur, Barus,
Perlis, Perlak, dan Samudra Pasai. Walaupun demikian masih banyak juga wilayah
yang belum menganut agama Islam.
5. Sumber dari Para Pedagang Arab
Pedagang -
pedagang Islam dari Arab, Persia dan Gujarat singgah berbulan - bulan di Malaka
dan di Indonesia. Mereka menunggu angin muson yang berubah arah setiap 6 bulan
sekali. Selama menunggu terjadilah proses interaksi dengan masyarakat setempat,
para bangsawan dan para raja. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk
menyebarkan lslam.
E. Kerajaan Islam di
Indonesia
Membicarakan perkembangan Islam tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
kerajaan di Nusantara. Hal ini karena kerajaan di Nusantara memiliki peranan yang sangat besar
dalam penyebaran dan perkembangan kehidupan Islam di Nusantara. Secara umum,
perkembangan kerajaan di Nusantara dimulai dari Pulau Sumatra dan Jawa.
Selanjutnya, berkembang ke Pulau Sulawesi dan pulau-pulau yang lain.
1. Kerajaan di Pulau Jawa
Kerajaan Islam berkembang di Pulau
Jawa. Penyebaran Islam yang didukung oleh kerajaan di Sumatra memberikan
pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kerajaan di Jawa.
Hal ini tidak lepas dari peran para
ulama penyebar Islam di Pulau Jawa yang dikenal sebagai Wali Sanga. Para wali
ini menyebarkan Islam dalam cakupan yang luas. Dari tangan merekalah beberapa
kerajaan Islam muncul,
di antaranya Kerajaan Demak, Pajang, Mataram Islam, dan Banten.
• Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh
Raden Patah bersama para wali pada tahun 1475. Raden Patah dipilih
sebagai raja pertama karena ia memiliki darah penerus Kerajaan Majapahit. Saat
itu Kerajaan Majapahit
sedang dirundung pergolakan perebutan kekuasaan.
Raden Patah yang berada di Demak, sebuah kota di pantai
utara Jawa tidak terlalu
terkena dampak kemelut di pusat kekuasaan Majapahit.
Melihat rona keruntuhan Majapahit sudah di depan mata, para wali
berinisiatif untuk mendirikan kerajaan baru yang bercorak Islam dengan pusat pemerintahan di
Demak.
• Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang adalah kelanjutan Kerajaan Demak. Melihat
suasana di Demak yang
semakin tidak kondusif, Jaka Tingkir memindahkan pusat kerajaan ke daerah
pedalaman, yaitu di Pajang, Surakarta. Kerajaan ini didirikan dan
dipimpin oleh Jaka Tingkir, putra menantu Sultan Trenggono, yang diberi wilayah kekuasaan di Pajang.
Lambat laun Pajang memiliki pengaruh yang sangat kuat hingga Jaka Tingkir
sendiri menobatkan dirinya sebagai Sultan Pajang dengan gelar Sultan Adiwijaya.
Setelah Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh Arya Pangiri. Ia
bukan anak kandung Sultan Adiwijaya.
Adapun anak
Sultan Adiwijaya, yaitu Pangeran Benowo yang saat itu masih kecil, diangkat
sebagai adipati. Hal ini menimbulkan kekacauan dalam Kerajaan Pajang. Pangeran
Benowo tidak menerima keputusan ini. Ia akhirnya bersekutu dengan Sutawijaya
untuk menggulingkan pemerintahan. Usaha ini pun berhasil. Pangeran
Benowo diangkat sebagai
Sultan Pajang. Namun, jasa Sutawijaya yang membantunya harus dibayar dengan
pengakuan penguasa Pajang berada di bawah kekuasaan Matar.am Islam, kerajaan
yang didirikan oleh Sutawijaya
• Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586. Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya
dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Gelar ini
menunjukkan keberadaan agama Islam dalam kehidupan Kerajaan Mataram Islam. Pada
masa kekuasaannya, Mataram diliputi sejumlah pemberontakan dari berbagai
wilayah kerajaan.
Para bupati
yang semula tunduk pada kekuasaan Pajang, secara serentak
menolak Mataram. Akan tetapi, masalah ini dapat segera diatasi. Pemberontakan-pemberontakan yang
terjadi berhasil dipadamkan. Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan
pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang bergelar Sultan Agung Senopati Ing
Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah. Saat itu kekuasaan Mataram Islam mencapai
wilayah yang sangat luas dan seluruhnya berhasil disatukan.
• Kerajaan Banten
Kerajaan
Islam lain yang penting untuk kamu perhatikan adalah Kerajaan Banten. Setelah
Fatahillah yang juga menantu Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di
Sunda Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus
tempat penyiaran agama. Bahkan, selanjutnya Kerajaan Banten berhasil merdeka
dan melepaskan diri dari
Kerajaan Demak.
Setelah
merdeka dari Kerajaan Demak, Sultan Hasanuddin, merupakan anak dari Sultan
Fatahillah diangkat sebagai raja (1552–1570). Kerajaan Banten
mengalami kemajuan yang sangat penting pada masa kekuasaan Sultan Ageng
Tirtayasa. Akan tetapi, kemajuan Kerajaan Banten semakin melemah, ketika
Sultan Ageng ditangkap oleh VOC.
2. Kerajaan Islam di Pulau Sulawesi
Di Sulawesi Selatan pada abad XVI
terdapat beberapa kerajaan, diantaranya Gowa, Tallo, Bone, Soppeng, Wajo, dan
Sidenreng. Kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528
sehingga melahirkan Kerajaan Makassar. Nama
Makassar sebenarnya adalah ibu kota dari Kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan
sebagai nama ibu kota Provinsi Sulawesi
Selatan.
Secara geografis daerah Sulawesi
Selatan memiliki posisi yang sangat strategis
karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan,
daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari
Indonesia Timur maupun Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut,
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara.
Sejak
pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan Makassar berkembang sebagai
kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Malikus Said (1639–1653). Selanjutnya, Kerajaan
Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin
(1653–1669). Pada masa pemerintahannya, Makassar berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya, yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta
daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar.
Perluasan daerah Makassar tersebut
sampai ke Nusa Tenggara Barat. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena
itu, ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah
berkuasa di Ambon. Dengan demikian, hubungan Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalang oleh
adanya Kerajaan Makassar.
Dengan kondisi tersebut timbul
pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan
melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memorak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya, kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut, Belanda memberikan
julukan kepadanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makassar, yaitu dengan melakukan politik adu domba antara
Makassar dengan Kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone, yaitu Aru
Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar meminta bantuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu
dengan VOC untuk menghancurkan Makassar.
3. Kerajaan Islam di Pulau Sumatera
Pada
tahun 1292 seorang pengelana bernama Marco Polo berlabuh di Pulau
Sumatra dan mencatat bahwa sebagian penduduk Sumatra adalah pemeluk Islam dan
sebagian penyembah berhala atau pemeluk animisme.
Tercatat
pula nama sebuah kerajaan yang disebut Ferlec. Akan tetapi,
seiring dengan perkembangan kerajaan Islam di Sumatra, penyebaran Islam
mencapai wilayah yang jauh di pedalaman sehingga Islam diterima oleh mayoritas
masyarakat Sumatra.
• Kerajaan
Perlak
Kerajaan Perlak adalah Kerajaan Islam yang berdiri pertama
kali di Sumatra. Kerajaan Perlak disebut juga Kerajaan Peureula. Raja pertama di Kerajaan Perlak bernama Sultan Alauddin
Syed Maulana Abdul Aziz Syah.
Kemunculan Kerajaan Perlak tidak lepas dari komunitas muslim
Arab yang datang dari tanah Arab. Komunitas ini disinyalir adalah sebagian pengikut
Ali bin Abi Talib atau kelompok Syiah yang
melarikan diri akibat pertentangan politik di Madinah.
Kerajaan Perlak
mengalami pasang surut akibat perebutan pengaruh antartokoh. Hal ini
menyebabkan para pedagang mengalihkan perdagangannya ke Samudera Pasai yang
mulai muncul. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak pun akhirnya mengalami
kemunduran.
• Kerajaan
Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai dapat disebut sebagai penerus
Kerajaan Perlak. Penyebaran Islam dari Kerajaan Perlak mencapai wilayah Samudera
Pasai sejak awal berdirinya Kerajaan Perlak.
Pada saat Kerajaan
Perlak diperintah oleh Sultan XVII, yaitu Sultan Makhdum Alauddin
Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, terjadi pernikahan politik antara
dua putri Sultan dengan penguasa negeri tetangga. Putri pertama, yaitu Putri
Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan
Malaka, Sultan Mahmud Shah atau Parameswara dan putri kedua, Putri Ganggang,
dinikahkan dengan Raja Samudera Pasai, Al-Malikus Saleh.
Setelah sultan ke-18 meninggal,
Kerajaan Perlak dan Samudera Pasai disatukan di bawah pemerintahan
Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik az-Zahir, putra Al-Malikus Saleh dengan
Putri Ganggang.
• Kerajaan
Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada tahun
1514 Masehi. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah tercatat sebagai raja pertama
kerajaan ini yang memimpin antara tahun 1514–1528 Masehi.
Kerajaan Aceh menjadi
kerajaan yang sangat penting bagi para pedagang saat itu. Setelah bandar Malaka jatuh ke tangan Portugis, praktis para pedagang
banyak yang beralih ke wilayah Aceh.
Alasan
Islam dapat berkembang pesat di wilayah Nusantara :
• Islam
bersifat terbuka sehingga penyebaran agama Islam dapat dilakukan oleh siapa
saja atau oleh setiap orang Muslim.
• Syarat
masuk Islam sangat mudah.
• Bersifat
sederhana dan mudah dimengerti.
• Penyebaran
Islam dilakukan secara damai.
• Islam tidak
membedakan kedudukan (kasta) seseorang dalam masyarakat.
• Upacara-upacara
dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana.
• Ajaran
Islam berupaya untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan
adanya kewajiban zakat bagi yang mampu.
• Jatuhnya
kerajaan Hindu-Budda yg menyebabkan kerajaan Islam berkembang pesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar